Kamis, 17 Juni 2010

Kabupaten Pangkep Peraih Otonomi Award 2010 Kategori Pemerataan Ekonomi

Menadah Keuntungan dari Sawah Tadah Hujan



Kata pepatah, mempertahankan lebih sulit dibanding meraih, tidaklah selalu benar. Buktinya, Kabupaten Pangkep berhasil melakukan hal tersebut. Setelah meraih Otonomi Award (OA) 2009 lalu, tahun ini Pangkep kembali meraih tropi. Hebatnya lagi, Pangkep meraih tropi dua kali berturut-turut untuk kategori yang sama yakni kategori sebagai daerah dengan terobosan inovatif bidang pemerataan ekonomi. Terobosan apa saja yang dilakukan daerah yang terkenal dengan ikan bandengnya ini?

Laporan : A. Mattingaragau T, Peneliti FIPO

Tidak banyak daerah mampu meraih tropi OA dua kali beruntun untuk program dan indikator yang sama. Selain harus mempertahankan pencapaian, juga harus memperlihatkan kemajuan (proliferasi) yang telah dilakukan selama setahun. Proliferasi atau pengembangbiakan artinya program pada penilaian tahun berikutnya setidaknya mengalami progres atau perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan mutu program. Inilah yang menjadi entry point penilaian the Fajar Institute of Pro-Otonomi (FIPO) bagi kabupaten/kota peraih OA 2009 lalu.

Syarat yang ditetapkan FIPO tersebut mampu diimplementasikan Pangkep yang dengan programnya, Miliaran Rupiah Sawah Tadah Hujan, kembali meraih tropi OA. Keberhasilan ini didasarkan pada kemajuan dan terobosan yang dicapai selama satu tahun penilaian yang menunjukkan tren peningkatan signifikan.

Berdasarkan penilaian akhir FIPO, Pangkep mampu meraih total nilai tertinggi dengan skor 670. Nilai tersebut merupakan gabungan dari tiga komponen penilaian yakni inovasi (493 poin), survei publik (140 poin), dan existing condition (37 poin). Raihan total nilai ini mengungguli empat daerah lainnya yang harus puas sebagai nominasi. Keempat daerah tersebut adalah Sinjai (652 poin), Gowa (620 poin), (615 point), dan Kepulauan Selayar (599 poin).

Sementara itu, hasil monitoring dan evaluasi (monev) FIPO menunjukkan bahwa kinerja program mengalami kemajuan melalui pengadaan sarana dan prasarana pertanian. Hal ini dapat dilihat dari terobosan yang dilakukan antara lain, mengatasi ketersediaan air untuk pertanian berupa pembangunan dan rehabilitasi saluran air/irigasi dengan anggaran Rp1,68 miliar, pembuatan saluran air perpipaan Rp5,44 miliar, pembuatan sumur bor Rp618,5 juta, dan pembuatan embung Rp99,8 juta.

Selain mengatasi masalah ketersediaan air juga ketersediaan alat mesin pertanian (alsintan). Pada 2009, pengadaan alsintan menelan anggaran Rp1,42 miliar yang terserap untuk pembelian hand tractor besar dan kecil sebanyak 10 unit, serta pompa air ukuran 8 inci sebanyak 10 unit dan pompa air ukuran 2 inci sebanyak 76 unit. Upaya lain yang dilakukan berupa pembuatan jembatan (tani) yang menelan anggaran Rp126 juta. Anggaran ini untuk membiayai jembatan tani yang berlokasi di Libureng Atas dan Kassi Panjang.

Guna memaksimalkan produksi padi, pemda juga memberikan bantuan benih padi unggul kepada petani. Bantuan ini dimaksudkan untuk menjamin kualitas jenis/varietas unggul yang dihasilkan agar mutu padi lebih baik dan produksinya meningkat.

Keseluruhan anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan program sebesar Rp9,4 miliar. Pengeluaran ini tidaklah sia-sia dan hasilnya pun menggembirakan. Jika sebelumnya masa tanam hanya satu hingga dua kali setahun, kini mampu berproduksi lima kali dalam dua tahun. Dengan memanfaatkan lahan pertanian seluas 22.410 hektar, produksi padi di Pangkep mengalami peningkatan di atas lima persen pada 2008 dan 2009. Pada 2008, produksi padi mencapai 27 ton atau meningkat 21,23 persen. Peningkatan ini merupakan lonjakan terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bahkan jika dilihat dari capaian produksi sawah tadah hujan, peningkatan ini terbilang spektakuler hingga melampaui 100 persen.

Atas berbagai kebijakan pemda dalam mengatasi permasalah tersebut, maka sejak 2008 petani di Kecamatan Pangkajene, Minasa Tene, Bungoro, dan Labakkang sudah dapat menggarap sawahnya sesaat setelah pasca panen karena ketersediaan pasokan air terjamin.

Selain pengadaan sarana pertanian, program ini juga didampingi konsultan sehingga berjalan sesuai harapan. Konsultan inilah bertindak sebagai advokasi petani dan pengarah program. Jadi kendala yang dialami selama ini setidaknya dapat diatasi secara bertahap. Hasilnya pun dirasakan petani yang tersebar pada 8 dari 12 kecamatan berupa peningkatan nilai tambah produksi padi.

Keberhasilan Pemkab Pangkep meningkatkan produksi padi tidak hanya tertumpu pada jaminan ketersediaan air, pengadaan alsintan, dan pemberian bibit belaka, tetapi juga menjaga kualitas tanah dengan pupuk organik seperti jerami. Bahan ini banyak tersedia terutama pasca panen. Jerami ini umumnya dibakar dan dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.

Melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pangkep yang bekerjasama dengan Prima Tani Kabupaten Pangkep melakukan pembuatan pupuk kompos jerami. Alat pengolah jerami disiapkan oleh Dinas Pertanian, sedangkan teknologi pembuatan kompos dan cara aplikasinya difasilitasi oleh Tim Prima Tani. Alat pengolah jerami/pencacah ini telah diberikan kepada beberapa ketua gapoktan.

Penerapan metode ini lambat laun dapat memperbaiki unsur hara tanah sehingga produksi padi dapat berkesinambungan. Jadi petani yang tadinya tidak mengolah sawahnya karena faktor unsur hara, kini tetap mengolahnya setiap selesai musim panen.
Atas berbagai upaya dan terobosan ini, petani yang tersebar di Pangkep mendapatkan nilai tambah dari kesinambungan dan peningkatan produksi padi sehingga berdampak juga pada peningkatan pendapatan mereka secara merata. (andimattingaragau@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar