Minggu, 17 April 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI Vs PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN

Target pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sepanjang tahun 2008 melampau target pertumbuhan nasional, sementara tahun 2006 dan 2007 dilalui dengan susah payah. Beberapa daerah gagal meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Kegagagalan tersebut diikuti dengan naiknya tingkat kemiskinan. Sebagian lagi berhasil melalui krisis dengan menyumbang sekian persen kenaikan pertumbuhan ekonomi yang berbanding terbalik dengan tingkat kemiskinan.

Oleh :

Milawaty (Peneliti FIPO)

Sepanjang tahun 2006-2007, meski bergerak lambat, pertumbuhan ekonomi beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan tetap bertumbuh hingga di atas delapan persen. Pertumbuhan ekonomi yang melambat berdampak terhadap turunnya pertumbuhan ekonomi beberapa kabupaten/kota se- Sulawesi Selatan. Kabupaten Soppeng, Luwu Utara, Luwu Timur, Sidrap, Sinjai, dan Bulukumba yang terkena dampak krisis ekonomi selisih rasio penurunan pertumbuhannya mencapai -0,190.

17 kabupaten-kota lainnya pada periode yang sama mampu melewati tahun-tahun memberatkan tersebut sekaligus berhasil memompa pertumbuhan ekonomi hingga mencapai rasio kenaikan 0,592. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Enrekang yang di tahun 2006 terpuruk di urutan terbawah (minus Toraja Utara), ternyata pada 2007 mampu bangkit melampaui daerah-daerah yang sebelumnya berada di persentase pertumbuhan yang lebih tinggi.

Tahun 2007-2008, pergerakan pertumbuhan ekonomi mulai stabil dan meningkat di hampir semua kabupaten/kota. Perekonomian Sulawesi Selatan yang diukur dari besaran PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Nilai PDRB Sulawesi Selatan atas dasar harga berlaku tahun 2008 mencapai 81,826 triliun rupiah atau naik sebesar 14,555 triliun rupiah dibanding tahun 2007.

Dengan kemampuannya untuk tetap bertahan di tengah gempuran krisis ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan hingga tahun 2008 mampu berada di kisaran tujuh persen. Persentase ini 1,30 persen lebih tinggi dibanding tingkat pertumbuhan tahun 2007, dan 1,34 persen lebih tinggi dari tahun 2006.

Teori ekonomi menyatakan naiknya pertumbuhan ekonomi, yang menunjukkan semakin banyaknya output nasional, mengindikasikan semakin banyaknya orang yang bekerja sehingga seharusnya akan mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Lantas, mengapa pertumbuhan ekonomi meningkat namun pengangguran cenderung naik dan kemiskinan masih tinggi?

Penelitian yang dilakukan Hermanto Siregar dari IPB-Brighten Institute menyatakan penyebabnya tidak lain adalah pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas. Hal inilah yang terlihat di Sulawesi Selatan. Setelah melewati krisis, pada periode 2006-2008, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, walau menunjukkan trend yang meningkat, memang belum bisa dikatakan berkualitas.

Sedikitnya dua hal yang mempengaruhi belum berkualitasnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Pertama, angka kemiskinan yang relative persistent (sulit/lambat penurunannya) dan masih berkisar antara 14 sampai 15 persen. Angka kemiskinan Kabupaten Jeneponto, Pangkep, dan Enrekang bahkan selama tiga tahun di atas masih menembus angka 20 persen. Kedua, laju pengangguran yang masih relative tinggi dan persistent.

Angka pertumbuhan ekonomi tinggi, meski meningkat, yang menjadi fokus pemerintah tampaknya belum cukup mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Kabupaten Pangkep, Barru, Bone, Wajo, Pinrang, Enrekang, Toraja, dan Kota Palopo pada periode 2006-2007 tercatat mengalami pertumbuhan ekonomi, yang sayangnya tidak diikuti turunnya kemiskinan. Yang terjadi malah angka kemiskinan meningkat dua persen. Tingkat kesempatan kerja yang menurun dan berimbas pada tingginya angka pengangguran terbuka menjadi salah satu faktor mengapa Wajo, Enrekang, dan Palopo masih gagal mengurangi jumlah penduduk miskinnya.

Krisis yang mereda di tahun 2008 sedikit banyak mampu merubah wajah pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan Sulawesi Selatan menjadi lebih rasional. Sepuluh daerah yang sebelumnya sempat terpuruk dengan naiknya tingkat kemiskinan, di periode 2007-2008 hanya menyisakan empat daerah, yaitu Kabupaten Soppeng, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Kota Palopo.

Krisis yang berhasil dilalui ternyata menyisakan paradox pertumbuhan-pengangguran, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan diiringi pertumbuhan pengangguran. Kondisi ini nampak di Kabupaten Selayar, Bantaeng, Takalar, Wajo, Enrekang, Makassar, dan Palopo di periode 2006-2007. Sementara untuk periode 2007-2008 paradoks ini dialami Kabupaten Barru, Pinrang, Enrekang, Luwu, dan Toraja.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam situs antaranews.com membentuk formula pertumbuhan ekonomi dan serapan tenaga kerja. Menurut formula tersebut, satu persen pertumbuhan ekonomi akan bisa atau diharapkan bisa menyerap tenaga kerja dari 250 ribu sampai 300 ribu tenaga kerja. Jika formula ini digunakan pada periode 2006-2008 di Sulawesi Selatan, serapan tenaga kerja berkisar 335 ribu sampai 400 ribu orang.

Pertumbuhan ekonomi di tahun 2006-2008 terbukti memang membaik, tetapi pemerintah seharusnya jangan terpuaskan hanya dengan angka-angka kinerja itu semata, karena masih ada sekitar satu juta rakyat miskin di Sulawesi Selatan yang sudah terlalu lama tidak merasakan nikmatnya hidup di negeri sendiri.

Mensiasati pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas, penelitian yang dilakukan Hermanto Siregar menawarkan perbaikan kualitas pendidikan yang diyakini mampu menurunkan tingkat kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan sektor industri dan pertanian. Untuk itu kebijakan pemerintah yang secara nasional menetapkan wajib belajar sembilan tahun dan program Sulawesi Selatan yang menerapkan pendidikan gratis harus diteruskan dan diperluas cakupannya hingga menjangkau masyarakat miskin terutama di pedesaan.

Di samping itu upaya penanggulangan kemiskinan selama ini jangan hanya kosmetik saja, artinya pemerintah harus membuat kebijakan yang komprehensif dan bersifat jangka panjang. Dengan demikian program pembangunan yang pro poor, pro growth, dan pro job dengan terus mengupayakan keadilan dan kesamarataan dapat tercipta seiring membaiknya pertumbuhan ekonomi, berkurangnya orang miskin, dan meningkatnya kesempatan kerja. (m.milawaty@yahoo.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar