Selasa, 10 November 2009

MENDOBRAK STANDARISASI KESEHATAN LEWAT INOVASI

Inovasi Layanan Kesehatan Kabupaten Jauh Lebih Maju


Dalam kurun waktu delapan tahun selama otonomi daerah bergulir, program kesehatan terlihat jelas mengalami kemajuan meski kemajuan yang terjadi belum maksimal namun ini adalah langkah awal dan menunjukkan keseriusan pemerintah daerah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Hal ini terlihat pasca otonomi daerah, bangunan fisik puskesmas dan rumah sakit tidak lagi mengacu pada standar fisik Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK). Hasil monitoring dan evaluasi (monev) menunjukkan bahwa beberapa daerah justru berusaha mendobrak image fisik rumah sakit dan puskesmas yang menimbulkan kesan kaku dan sedikit ‘menakutkan’ bagi masyarakat kelas bawah. Inilah yang ditunjukkan oleh keempat kabupaten lainnya yang masuk dalam nominasi bidang kesehatan. Empat kabupaten tersebut adalah Parepare, Takalar, Enrekang, dan Wajo.

Parepare menawarkan program “Peningkatan Pelayanan Puskesmas”. Disadari bahwa puskesmas merupakan tempat kunjungan pertama masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan. Kota cakar ini sejak tahun 2000 menunjukkan keseriusannya dengan meningkatkan status puskesmas dari rawat jalan menjadi rawat inap dan membangun fisik puskesmas menjadi bertingkat. Hingga tahun 2008, seluruh puskesmas di kota ini telah berubah baik status maupun fisiknya. Dengan perubahan tersebut, fasilitas kesehatan yang disediakan lebih memadai sehingga masyarakat dapat terlayani secara maksimal dan cepat.

Kabupaten Takalar yang dikenal dengan jejeran jagung manisnya memiliki program “Kemitraan Bidan dan Dukun”. Di daerah-daerah lainnya kemitraan semacam ini juga ada, namun yang membedakan di daerah ini adalah adanya nilai lebih yang ditawarkan dan nilai lebih inilah yang menjadi keunggulan Takalar sehingga mampu meraih nominasi di kategori kesehatan. Dukun yang menjadi mitra bidan telah dilengkapi dengan pakaian seragam, memiliki kantor sendiri di mana mereka memiliki jadwal masuk dari Senin sampai Minggu, dan setiap dukun pun memiliki jadwal jaga malam.

Kabupaten Enrekang tidak kalah bagusnya menampilkan program kesehatannya. Dengan program “Rumah Sakit berkonsep Mal”, kabupaten penghasil dangke ini berjaya di urutan keempat. Di sebut berkonsep mal karena secara sepintas ruangan yang berlantai 2 ini memiliki jejeran ruangan mirip ruko di kiri kanan bangunan. Berada di bagian ini, kesan rumah sakit nyaris sama sekali tidak ada. Bukan hanya dari segi fisik, layanan pasien pun terkesan ’wah’. Layanan yang diberikan rumah sakit ini memanjakan pasien seperti penyediaan receptionist, fasilitas AC, televisi, 2 buah kamar mandi, dan pengaturan tempat tidur yang hanya terdiri dari 4 – 5 di setiap kamar untuk kelas III, layanan gratis laundry untuk semua pasien, penggunaan CCTV di semua bagian rumah sakit kecuali kamar-kamar pasien, SMS Gateway ke nomor 085242568888, dan pembangunan rest house bagi keluarga pasien.

Kabupaten Wajo pun tak mau ketinggalan. Melalui program ”Penyediaan Sarana Kesehatan Prima”, kabupaten penghasil sutera ini unggul di puskesmas. Di kabupaten ini, puskesmas yang dahulunya identik dengan warna putih dan bangunan standar kini berubah total. Sejak tahun 2006, Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo mulai berbenah diri. Tidak bisa dipungkiri, program kesehatan gratis meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke sarana pemberi pelayanan kesehatan termasuk pustu. Namun bukan hanya minat berkunjung yang perlu ditingkatkan, melainkan juga kenyamanan pasien. Kenyamanan dapat diperoleh melalui berbagai cara, salah satunya adalah perbaikan fisik pustu. Untuk itulah sejak tahun 2006 hingga kini hampir seluruh pustu di kabupaten ini dirombak habis. Kini di mana-mana dengan mudah ditemui pustu bergaya minimalis dengan permainan aneka warna. Untuk menghindari banjir, sejumlah pustu juga dibuat dalam bentuk rumah panggung. Animo masyarakat pun meningkat seiring dengan perubahan fisik sarana pelayan kesehatan tersebut.

Keragaman inovasi di kelima kabupaten kota di atas, termasuk Sinjai sebagai pemenang, membuktikan bahwa inovasi kesehatan di Sulawesi Selatan tidak mati dan pelaksanaan praktek tata kelola pemerintahan yang baik di sektor kesehatan telah terlaksana. Keberhasilan tersebut juga membuktikan kelengkapan infrastruktur pelayanan kesehatan di kota tak selalu lebih maju dari kabupaten. Terbukti, kabupaten yang terkesan konservatif, ndeso, dan tertinggal justru lebih produktif dalam inovasi pelayanan kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar