Rabu, 11 November 2009

INOVASI KESEHATAN BUMI BATARA GURU

Menuju 10 Besar Tingkat Kelulusan


Pendidikan gratis di Bumi Batara Guru ini telah memasuki tahun ketiga. Tepatnya pada tahun 2006, Bupati Luwu Timur, H. Andi hatta dan wakil bupati Saldy Mansyur telah mencanangkan pendidikan gratis di Luwu Timur mulai dari tingkat SD sampai SMA. Menariknya lagi, pendidikan gratis ini tidak membeda-bedakan antara sekolah negeri dan sekolah swasta, pokoknya semua gratis. Sumber dana yang digunakan untuk membiayai pendidikan gratis ini bersumber dari APBD Kabupaten Luwu Timur. Itulah sebabnya pada setiap tahun anggaran mulai dari tahun 2006 hingga 2008 ini, alokasi anggaran untuk sektor pendidikan di Luwu Timur mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2008, dari total APBD Luwu Timur T.A. 2008 sebesar Rp. 619.680.213.744, anggaran untuk bidang pendidikan mencapai Rp. 161.394.392.752 atau 26,4%. Ini belum termasuk dana BOS, dana Block Grant dan Dana Dekonsentrasi yang juga digunakan untuk pembiayaan bidang pendidikan.


Sayangnya tingginya alokasi anggaran pendidikan di Luwu Timur ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas. Tahun ajaran 2006/2007, Luwu Timur justru menempati nomor buncit kedua tingkat kelulusan SMP se-Sul-Sel, dan buncit ketiga tingkat kelulusan SMA. Artinya dari 23 kabupaten kota, Luwu Timur menduduki peringkat 22 untuk SMP dan 21 untuk SMA. Siswa SMP tak lulus UN mencapai 922 orang dan ketidaklulusan siswa SMA mencapai 321 siswa atau 18,38 persen. Keterpurukan itu sempat membuat Bupati Lutim frustasi.

Untuk mengantisipasi agar hal tersebut tidak terulang lagi di tahun ajaran mendatang, maka Dinas Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dikbudparmudora) mengambil langkah-langkah khusus. Upaya Dinas Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dikbudparmudora) untuk masuk 10 besar tingkat kelulusan siswa mulai dilakukan pada awal tahun 2008.

Upaya Dinas Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Dikbudparmudora) untuk masuk 10 besar tingkat kelulusan siswa dilakukan melalui beberapa cara :

1. Kerjasama dengan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Selatan untuk mengoptimalkan sumber daya tingkat sekolah dasar dan menengah di Kabupaten Luwu Timur melalui peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan yang meliputi :
a.Peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
b.Pemberdayaan dan peningkatan kinerja sekolah
c.Pengukuran dan evaluasi pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah
d.Pengkajian dan pengembangan kinerja pembelajaran, materi pembelajaran, manajemen pembelajaran, serta perancangan model-model pembelajaran
e.Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan

2. Kerjasama dengan Universitas Negeri Makassar dan YPS PT. Inco dalam bentuk peningkatan dan pemberdayaan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan dalam berbagai jenjang yang relevan dengan kebutuhan program pembangunan wilayah.

Tujuan dilaksanakannya beragam kegiatan tersebut adalah untuk :

1. meningkatkan kemampuan guru matapelajaran yang di-UN-kan pada jenjang SMP dan SMA di Kabupaten Luwu Timur, dalam memberikan pembelajaran intensif kepada siswa dalam menghadapi UN
2. meningkatkan kemampuan guru pembimbing SMP dan SMA di Kabupaten Luwu Timur, untuk membantu siswa mengatasi problem psikologis dalam menghadapi UN/SPMB dan dalam memilih program studi lanjut yang tepat meningkatkan kesiapan mental Siswa kelas IX (SMP) dan kelas XII (SMA) yang ada di Kabupaten Luwu Timur, dalam menghadapi situasi dan soal-soal UN

Kegiatan ini dilakukan pada sasaran utama, sebagai berikut:

1. Guru mata pelajaran yang di-UN-kan di SMP se-Kabupaten Luwu Timur.
2. Guru mata pelajaran yang di-UN-kan di SMA se-Kabupaten Luwu Timur
3. Guru pembimbing (konselor sekolah) SMP dan SMA se-Kabupaten Luwu Timur
4. Siswa kelas IX SMP se-Kabupaten Luwu Timur
5. Siswa kelas XII SMA se-Kabupaten Luwu Timur

Kerjasama dengan UNM, dan YPS PT. Inco dibuat dalam tahapan:

1. Tes Diagnosis/ Try Out

Tes diagnosis dilakukan sebelum pelaksanaan teacher training dalam rangka peningkatan kapasitas guru mata pelajaran yang diujiannasionalkan. Hasil tes diagnosis selanjutnya digunakan sebagai bahan pembahasan dalam pelatihan. Pelaksanaan tes diagnosis diberikan kepada siswa SMP kelas IX dan siswa SMA kelas XII se-Kabupaten Luwu Timur. Jumlah sekolah yang mengikuti tes diagnosis sebanyak 37 sekolah untuk jenjang SMP dan 21 sekolah untuk jenjang SMA. Pelaksanaan tes diagnosis dilaksanakan pada empat rayon yaitu: Rayon 1: Mangkutana, Rayon 2: Wotu, Rayon 3: Malili dan Rayon 4: Towuti. Tabel 1 dan 2 memperlihatkan jumlah peserta untuk masing-masing mata pelajaran berdasarkan rayon.

Soal-soal untuk tes diagnosis setiap matapelajaran yang di-UN-kan dikembangkan oleh tim dari UNM. Soal tersebut dikembangkan berdasarkan lingkup Standar Kompotensi Kelulusan (SKL) masing-masing mata pelajaran pada jenjang SMP dan SMA, dan dengan memperhatikan jenis dan tingkat kesulitan soal-soal UN tahun sebelumnya. Lembar jawaban dibuat sedemikian rupa untuk membiasakan siswa menjawab pada lembar jawaban komputer.

Hasil pelaksanaan tes diagnosis dianalisis berdasarkan butir soal untuk setiap mata pelajaran yang di-UN-kan. Untuk setiap butir soal yang ditanyakan, informasi yang dimunculkan adalah berapa persen siswa yang mampu menjawab benar soal tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru mata pelajaran yang akan dilatih dalam kegiatan tahap berikutnya untuk bisa memetakan kemampuan siswa-siswanya.

2.Penguatan kapasitas guru mata pelajaran

Penguatan kapasitas guru mata pelajaran dimaksudkan untuk membekali guru mata pelajaran yang di-UN-kan dengan keterampilan memberikan bimbingan dan peningkatan penguasaan materi dari mata pelajaran yang diujian nasionalkan. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut:

a.Peserta guru dipisahkan menurut jenjang pendidikan (SMP dan SMA) dan jenis mata pelajaran yang di-UN-kan. Pelatihan dilakukan dalam pertemuan kelompok kecil menurut jenis mata pelajaran yang di-UN-kan. Untuk jenjang SMP, terdiri atas 6 kelas, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Ketiga mata pelajaran terakhir, nantinya tergabung dalam mata pelajaran IPA pada ujian nasional. Untuk jenjang SMA, terdiri atas 10 kelas, yaitu untuk jurusan IPA: Matematika IPA, Fisika, Kimia, Biologi; untuk jurusan IPS: Matematika IPS, Sosiologi, Ekonomi/Akuntansi, dan Geografi, ditambah dua mata pelajaran umum yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.

b.Pelatihan diarahkan pada dua materi pokok, yaitu penguasan konten mata pelajaran dan teknik praktis bimbingan belajar penyelesaian soal UN. Fokus pembahasan terutama pada bagian-bagian materi mata pelajaran yang berdasarkan hasil tes diagnosis siswa yang menunjukan hasil yang rendah.

c.Setiap kelompok mata pelajaran pada setiap jenjang didamping dua orang dosen UNM yang memiliki latar pendidikan sesuai dengan mata pelajaran kelompok tersebut.

d.Waktu pelatihan setiap kelompok akan memakan waktu 6 hari kerja @ 6 jam.

Total jumlah guru yang terdaftar mengikuti pelatihan adalah 172 orang untuk jenjang SMP, dan 118 orang untuk jenjang SMA.

3. Klinik Guru Mata pelajaran di UN-kan.

Dalam klinik atau temu konsultasi dengan instruktur, guru mata pelajaran memaparkan kemajuan serta permasalahan yang dialami dalam proses belajar mengajar. Klinik guru ini dibagi menjadi 2 wilayah, wilayah I meliputi Malili, Wasupanda, Nuha, Towuti dan sebagian Kecamatan Angkona. Wilayah II meliputi Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur, Mangkutana, Kalaena dans ebagian kecamatan Angkona.


HASIL

Apa hasil dari seluruh kerja keras daerah? Hasilnya dapat diacungkan jempol; tahun ajaran 2007/2008, Luwu Timur menduduki urutan ke-5 tingkat kelulusan se-Sul Sel untuk tingkat SMA, dan urutan ke-9 untuk tingkat SMP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar