Selasa, 10 November 2009

Susin, Shansu, & Kerupuk Susu

NIKMATNYA SUSU SINJAI DI GUNUNG PERAK

Sinjai, kabupaten seluas 819 km2 dan menduduki urutan keenam kabupaten terkecil di Sulawesi Selatan ini berpenduduk 223.552 orang dan berjarak 220 kilometer dari kota Makassar ke arah pantai timur Sulsel. Sebagai wilayah pesisir dan pegunungn, daerah ini memiliki kontur 3 dimensi, dataran tinggi di lereng gunung Bawakaraeng, dataran rendah dan pantai di bagian timur. Di area ketinggian 1500 m, kabupaten yang saat ini dipimpin oleh Bupati Andi Rudiyanto Asapa, SH tidak pernah bosan melakukan terobosan. Salah satunya adalah terobosan pengembangan sapi perah yang bukan hanya bisa bermain di pasar lokal tapi juga merambah hingga ke ibu kota provinsi.


Pengembangan sektor peternakan di Kab. Sinjai mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Terbukti dengan ditetapkannya kab. Sinjai dalam program Gerbang Emas (Gerakan Pembangunan Ekonomi Masyarakat) Sektor Peternakan. Kab. Sinjai memiliki potensi lahan yang luas untuk pengembangan dan tersedianya pakan ternak yang melimpah yang merupakan salah satu indikator dipilihnya Sinjai untuk pengembangan program gerbang emas di sektor peternakan. Salah satu upaya dalam pengembangan sektor peternakan adalah pemerintah Sinjai tidak hanya berkonsentrasi pada pengembangan sapi potong dari berbagai jenis tetapi pemerintah juga justru berupaya kuat untuk menggenjot usaha pengembangan sapi perah. Karena sapi perah telah termasuk ke dalam AKU (Arah Kebijakan Umum) pengembangan sentra sapi perah maka anggaran yang dikucurkan pun tidak main-main. Pada tahun 2006 saat dimulainya pengembangan sapi perah ini, anggaran turun sebesar Rp. 3 M dan pada 2007 meningkat menjadi Rp. 5 M. Pada tahun 2008 kucuran anggaran kembali meningkat menjadi Rp. 6 M.

Dipilihnya Kec. Gunung Perak sebagai lokasi awal pengembangan sapi perah bukan tanpa alasan. Terletak di daerah pegunungan membuat sawah yang selama ini menjadi tumpuan pencaharian hanya bisa menghasilkan panen setahun sekali. Usaha penanaman sayuran pun membuahkan hasil yang sama. Dari awal pemerintah daerah telah melakukan sosialisasi rencana pengembangan sapi perah ke penduduk yang berdiam di Desa Gunung Perak kecamatan Sinjai Barat. Dari sosialisasi ini ternyata masyarakat setempat yang berjumlah sekitar 160 kepala keluarga langsung menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan peternakan sapi perahan ini. Pemerintah saat itu memberi bantuan sebanyak 320 ekor untuk dipelihara. Setelah pengembangan sapi perah dicoba untuk dikembangkan di daerah tersebut, ternyata hasilnya berpotensi untuk menjadi mata pencaharian utama.

Pengembangan sapi perah di daerah ini memang didukung oleh iklim yang dingin dan lahan yang sangat luas. Hawa dingin pegunungan, lahan luas dengan limpahan rumput dan daun segar, serta limbah kebun sayur menjadi modal utama daerah ini dalam mengembangkan peternakan susu sapi. Air bersih pun tak sulit diperoleh; mata air berlimpah yang seakan tak pernah kering memudahkan peternak untuk memberi minum sapi, memandikan, dan membersihkan kandang.

Tahun 2007 pemerintah kembali menambah 210 ekor dari APBD di tambah dari bantuan APBD Tingkat I sebanyak 30 ekor. Dari aspek pengembangannya ini, masyarakat mulai melakukan upaya-upaya pemeliharaan secara baik untuk mendapatkan susu dengan produksi yang berkualitas. Produksi susu rata-rata 10-15 liter/ekor sapi/hari dengan minimal produksi 2000 liter/hari. Dalam setahun seekor sapi dapat diperah susunya selama 7 bulan setelah itu dikandangkan untuk diinseminasi. Setelah anak sapi lahir, sapi perah siap untuk diperah kembali. Sapi dapat diperah setelah usia sapi mencapai 3,5 tahun dan setelah melahirkan 5-6 kali, produksi susu sudah mulai berkurang.

Bantuan sejumlah sapi perah tersebut kini telah memberikan hasil yang manis; limpahan susu sapi asli, murni, segar dan bergizi tinggi, rendah lemak, bebas pengawet dan residu antibiotik. Pemeriksaan laboratorium yang dilanjutkan dengan perlakuan menggunakan alat pasteurisasi dan pengemasan otomatis secara higienis di bawah pengawasan tenaga ahli membuat susu sapi ini aman untuk dikonsumsi.

Bukan hanya sekedar dikonsumsi, kini susu sapi perah tersebut telah bernilai ekonomi dengan masuknya koperasi sebagai mitra pemasar bagi peternak. Susu sapi yang dijual tersedia dalam kemasan ekonomis dalam bentuk susu gelas berukuran 150 ml dengan berbagai pilihan rasa yaitu coklat, vanila, strawberry, melon, dan pisang. Selain kemasan gelas, susu sapi perah juga dikemas dalam bentuk susu sachet (susu bantal) tanpa rasa berukuran 500 ml. Dengan potensi yang sangat menjanjikan ini, susu sapi Sinjai dengan mengusung brand ”Susin” (Susu Sinjai), pabrik yang beroperasi di daerah Sinjai Barat ini siap bersaing dengan brand sejenis lainnya.

Mekanisme proses pembuatan pasteurisasi susu cukup sederhana; Susu sapi yang sudah diperah di bawa ke laboratorium. Selanjutnya susu sapi dibawa ke ruangan khusus tempat proses menetralisir bakteri dengan cara dimasak dengan menggunakan mesin pasteurisasi modern dengan suhu 80oC dengan tujuan untuk menghilangkan kuman-kuman. Pasteurisasi tersebut membuat vitamin, mineral, enzim dan protein masih relatif utuh, namun bakteri patogen sudah mati. Setelah susu dimasak secara higienis di bawah pengawasan tenaga ahli kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengemasan otomatis, dipress, diberi label, akhirnya disimpan di tempat pendingin dengan suhu yang sangat rendah agar susu tersebut tetap segar saat dikonsumsi. Susin ini dikemas tanpa pengawet sehingga hanya dapat bertahan maksimal 3 hari di dalam lemari pendingin. Pengembangan usaha pabrik pengolahan susu pasteurisasi pada tahun 2008 menghabiskan anggaran Rp. 128.150.000,-.

Selain dipasarkan untuk tujuan ekonomi, Dinas Peternakan juga bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kab. Sinjai untuk mendistribusikan susu sapi dalam bentuk susu gelas ke sekolah-sekolah dasar yang masih menerima PMKT (Pemberian Makanan Khusus Tambahan) sebanyak 750 gelas setiap minggunya. Awalnya pemberian PMKT dilakukan dalam bentuk sachet, namun animo anak-anak yang pada umumnya tidak menyukai susu segar asli yang tanpa rasa membuat mereka enggan meminumnya sehingga akhirnya susu sachet diganti dengan susu gelas dengan beragam rasa.

Tidak puas dengan pengembangan susin yang mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat, dinas Peternakan Kab. Sinjai juga mengolah susu sapi ini menjadi ice cream dengan brand ”sanshu”. Diberi nama Sansu dengan arti, S adalah Sinjai, AN adalah aman untuk berinvestasi, S adalah sejahtera dengan tujuan untuk mensejahterakan masya-rakat dan U berarti unik. Sama halnya dengan Susin, Sanshu ice cream tampil tanpa bahan pengawet dan aman untuk dikonsumsi dalam jumlah banyak tanpa menimbulkan efek samping pada pencernaan. Ini adalah added value Susin yang membedakannya dengan produk sejenis lainnya yang pada umumnya sudah menambahkan bahan pengawet pada produknya. Sama halnya dengan susin, sanshu ice cream juga tersedia dalam 4 rasa; strawberry, vanilla, coklat, dan durian. Pengembangan usaha pengolahan es krim pada tahun 2008 dianggarkan sebesar Rp. 69.120.000,-.

Selain dijadikan ice cream, susu sapi perah juga dibuat dalam bentuk kerupuk yang diberi nama ”Elektrika”. Menurut ketua Klp. Ternak Ds. Gunung Perak, kerupuk susu ini diproduksi langsung oleh kelompok peternak dan bekerja sama dengan koperasi dan PT. PLN. Dipilihnya nama ”Elektrika” tidak terlepas dari bantuan PT. PLN pada masyarakat lokal dalam pengembangan kerupuk susu ini.

Susin dan shansu kini bukan hanya dipasarkan di daerah Sinjai melainkan juga didistribusikan di Makassar. Di Makassar, Susin dan shansu ditampung di Rumah SusuMu, yang merupakan distributor susu Sinjai untuk selanjutnya di distribusikan ke lokasi lain di Makassar. Distribusi ke Makassar dilakukan 2x seminggu dengan sekali distribusi 1200 susu gelas & 150 sachet susu bantal. Sedangkan pemasaran krupuk susu untuk saat ini masih didistribusikan di daerah Sinjai Barat.

Harapan pemerintah daerah dengan bantuan sapi perah yang diserahkan langsung ke tiap kelompok peternakan ini, nantinya dalam kurun waktu lima tahun ke depan setiap anggota kelompok peternakan akan mengembalikan bantuan tersebut berupa 2 ekor anak sapi perah untuk setiap ekor sapi perah yang diterimanya yang selanjutnya akan diberikan lagi pada kelompok peternakan lainnya.

Untuk sapi perah itu sendiri, selain menghasilkan susu, kotoran sapi juga dimanfaatkan kelompok peternak sebagai bio gas dan kompos sehingga pada dasarnya tidak ada yang terbuang sia-sia dari pemeliharaan sapi perah itu sendiri. Hal ini diakui sendiri oleh ketua Klp. Ternak Ds. Gunung Perak yang mengatakan bahwa bio gas telah dipergunakan oleh rumah tangga kelompok ternak sehingga masalah mahalnya gas elpiji atau langkanya minyak tanah tidak menjadi persoalan, utamanya bagi para ibu rumah tangga peternak sapi perah.

Produksi susin, shansu dan kerupuk susu ini secara langsung berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah dan masyarakat dan ini dibarengi dengan terbukanya kesempatan kerja bagi para penduduk lokal pada khususnya. Berdirinya pabrik susu segar berarti menjadi nilai investasi bagi pemerintah daerah dan masyarakat sehingga ke depannya diharapkan investasi ini akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat luas (masyarakat kabupaten Sinjai).

Keberhasilan produksi dan pemasaran susin – sanshu membuktikan keberhasilan visi-misi pembangunan sektor peternakan Kab. Sinjai di mana visinya adalah terwujudnya masyarakat tani yang mampu berkembang secara mandiri melalui pembangunan peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal. Sedangkan misinya adalah 1) membina dan mengembangkan peluang usaha di bidang peternakan, meraih keunggulan dan daya saing dengan berbasis pada peternakan rakyat, dan 2) menciptakan ketahanan pangan masyarakat melalui penyediaan program yang bernilai gizi tinggi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar