Selasa, 10 November 2009

Profil Peraih Trophy Pemerataan Ekonomi Pada Otonomi Award 2009

MELEJIT BERKAT SAWAH TADAH HUJAN


Trophy Otonomi Award dari The Fajar Institute of Pro Otonomi (FIPO) untuk kategori Daerah dengan Profil Menonjol pada Pemerataan Ekonomi direbut Kabupaten Pangkep. Apa saja terobosannya sehingga Pangkep layak memperoleh penghargaan tersebut? Berikut laporan Milawaty dari FIPO.


Tidak mudah untuk meraih penghargaan ini. Kabupaten Pangkep pun tak serta-merta dengan enteng meraih anugerah utama tersebut. Kabupaten yang hanya berjarak 60 km dari ibu kota provinsi Sulawesi Selatan itu harus berpeluh-peluh melakukan terobosan dan inovasi pemerataan ekonomi. Dalam perjalanan menuju prestasi tertinggi itu, Pangkep dengan programnya “Puluhan Milyar untuk Sawah Tadah Hujan” harus bersaing keras dengan empat kabupaten lainnya yang juga masuk dalam nominasi ini, yaitu Sinjai dengan “Avalist”-nya, Maros dengan program unggulan “Smart Card”, Selayar dengan “Koperasi Masuk Desa”, dan Palopo dengan “Pinjaman Penguatan Modal Usaha”.

Banyak yang perlu ditinjau untuk memutuskan kemenangan daerah, seperti inovasi, hasil survey survey publik, serta hasil existing data seperti penjabaran APBD, profil pendidikan, profil kesehatan, data ekonomi, data lingkungan hidup, dan beragam data lainnya terkait kebijakan pemerintah kabupaten kota dalam merumuskan program-programnya.

Untuk nilai inovasi, diantara 22 kabupaten kota lainnya, Pangkep meraih nilai inovasi tertinggi sebesar 540 point. Pada survey publik, Kabupaten Pangkep berada di urutan kedua setelah Kabupaten Sidrap dengan nilai survey 158 point, selisih 6 point dengan Sidrap. Survey publik ini melibatkan 10 elemen dalam masyarakat yang mencakup organisasi kemasyarakatan, LSM, organisasi profesi, tokoh masyarakat, pedagang / pengusaha / investor, petani / nelayan, DPRD / parpol, kelompok perempuan, masyarakat umum, dan siswa / mahasiswa. Untuk eksisting, Pangkep hanya berada di urutan ke empat setelah Kota Palopo, Pare-Pare, dan Makassar. Dari ketiga penilaian tersebut, ternyata Kabupaten Pangkep yang meraih nilai tertinggi disusul oleh Sinjai, Maros, Selayar, dan Palopo (selengkapnya lihat grafis).

Dengan program “Puluhan Milyar untuk Sawah Tadah Hujan” kiranya tidak berlebihan bila Kabupaten Pangkep membawa pulang trophy Otonomi Award. Dengan program ini pula, kabupaten ini berhasil menggondol trophy emas untuk kategori Daerah dengan Profil Menonjol pada Pengembangan Ekonomi.

Pangkep merupakan daerah pertanian dan memiliki potensi yang besar sebagai daerah surplus. Untuk itu salah satu faktor utama dalam peningkatan sektor pertanian adalah pengadaan air mengingat selama ini sebagian petani memfungsikan sawahnya hanya sebagai sawah tadah hujan. Hal ini disebabkan kesulitan petani untuk mendapatkan sumber air. Setiap tahun pada musim gaduh petani sangat kesulitan untuk mendapatkan air irigasi. Bahkan banyak petani yang sudah 10 tahun sawahnya tidak diairi pada musim kemarau sehingga mereka lebih memilih untuk membiarkan sawahnya tanpa aktifitas. Sebagai daerah agraris, kabupaten ini tak mau berlama-lama membiarkan kondisi tersebut. Untuk mengatasinya maka mulai pada tahun 2006 pemerintah kabupaten Pangkep mengambil langkah-langkah besar untuk mengoptimalkan pemanfaatan air, seperti pembuatan bendung, rehabilitasi irigasi desa, pembangunan pintu air, pembuatan sumur bor, pembuatan embung, pembangunan irigasi perpipaan, serta rehabilitasi gudang dan lantai jemur. Selain itu pemerintah daerah juga melakukan pengadaan sarana prasarana teknologi tepat guna seperti handtraktor, pompa air, power thresher, hand sprayer, appo, drayer, dan lain-lain.

Keseriusan pemerintah kabupaten Pangkep terlihat dari jumlah anggaran yang dikucurkan. Jumlah anggaran untuk pembuatan infrastruktur dan pengadaan sarana prasarana teknologi tepat guna setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat untuk tahun 2006 anggaran yang diturunkan sebesar Rp. 7,25 milyar, untuk tahun 2007 sebesar Rp. 10.05 M, dan pada tahun 2008 sebesar Rp. 19,1 M.

Dengan kerja keras Pemerintah Daerah Pangkep selama empat tahun terakhir ini, banyak petani yang sudah 10 tahun sawahnya tidak diairi pada musim kemarau, kini mulai menggarap sawah. Dengan adanya sumber-sumber air yang dimaksimalkan oleh pemda, panen yang tadinya hanya sekali setahun kini bisa dilakukan dua kali setahun sehingga mampu memberikan kesejahteraan kepada para petani dan keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar