Selasa, 10 November 2009

Tahura Abdul Latif Sinjai: One Stop Recreation Area

Kabupaten Sinjai kini memiliki lokasi outbond yang sanggup memancing adrenalin para pecinta alam. Taman Hutan Rakyat Abdul Latif, kawasan pegunungan dengan 720 hektar hutan rakyat siap menjadi daerah wisata dan jelajah alam. Tidak usah takut kelaparan di tempat ini karena terdapat kebun buah-buahan dan tempat pemancingan. Pulangnya pun bisa membawa sayur untuk buah tangan orang di rumah.


Kabupaten Sinjai terletak di Pantai Jazirah Propinsi Sulawesi Selatan, sekitar 223 km dari Kota Makassar melalui jalur pantai selatan (Bantaeng) dan 192 km lewat jalur tengah Maros. Keadaan alam Kabupaten Sinjai terdiri dari masing-masing 15% dataran rendah dan 85% berupa perbukitan, bergelombang, hingga pegunungan di mana terdapat gunung Bawakaraeng dan gunung Lompobattang. Adapun daerah kompleks perbatasan Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang terdapat kawasan hutan di Dusun Ma’ra. Dengan topografi serta kondisi alam yang menakjubkan sehinga sangat baik dikembangkan menjadi kawasan konservasi berupa taman hutan raya.

Hutan lindung yang statusnya berupa hutan lindung yang dikelola, diawasi, dan diatur oleh pemerintah pusat tidak menjadi intensif, namun setelah diserahkan ke pemda hutan tersebut dapat berpotensi sebagai penghasil devisa daerah sepanjang pengelolaannya tidak merusak hutan itu sendiri. Inilah yang mengilhami pemerintah daerah untuk mengolah hutan lindung menjadi kawasan yang dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah terlebih di sekitar daerah tersebut terdapat beberapa objek wisata lokal yang berpotensi menjadi objek wisata nasional. Tahura digunakan sebagai areal konservasi, wisata, dan pendidikan. Hal ini juga didukung oleh semakin tingginya minat masyarakat, baik domestik maupun manca negara terhadap wisata alam atau ekowisata maka keberadaan sebuah Tahura menjadi semakin penting.

Status hutan Borong akhirnya resmi dinyatakan sebagai taman hutan raya (tahura) defenitif sekaligus kawasan konservasi melalui SK Menteri Kehutanan tentang perubahan status menjadi hutan raya No. 267/Menhut-II/2008. Dengan statusnya itu, pada tahun 2008 hutan seluas 720 hektare itu resmi menjadi pusat penelitian dan pengembangan aneka ragam hayati di Sulsel meski sejak tahun 2006 telah disungsikan sebagai pusat penelitian. Taman Hutan Raya (Tahura) adalah pengelolaan kawasan hutan yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Sebagai penghargaan terhadap bupati pertama Sinjai, tahura ini diberi nama sesuai dengan namanya, Abdul Latif.

Terletak di desa Batu Belerang, Kec. Sinjai Borong dengan ketinggian 900-1200 m dpl dan berjarak kurang lebih 60 km dari Kota Sinjai, Tahura diperuntukkan untuk berbagai objek wisata, seperti air terjun Wae LuluE + 40 meter dan air terjun bertingkat empat – Wae Buru’E + 8 meter, sumber air belerang yang muncul pada beberapa tempat di aliran Wae Buru’E dekat lokasi air terjun bertingkat empat di ketinggian 900 m dpl yang mengalir sepanjang tahun dan langsung berasal dari kawasan hutan Bulu Pattiroang, Gunung Bawakaraeng dan Gunung Lompobattang, kolam pemancingan ikan, agro wisata (kebun sayur dataran tinggi dan buah-buahan), dan panorama alam hutan pegunungan yang sangat indah, berhawa dingin, serta dapat melihat pemandangan kota dan laut di sekitarnya. Selain itu, dari fenomena alam Tahura memiliki gejala alam yang khas : singkapan batuan beku pada dinding-dinding pegunungan dan sungai di atas gunung. Berbatasan dengan Tahura terdapat danau yang berada di wilayah Dusun Mattirotasi pada ketinggian + 1.200 m dpl di mana dijumpai tumbuhan talas-talasan (”keladi”) yang memiliki akar sampai dasar danau dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan.

Fisiografi Tahura merupakan kawasan berbukit hingga bergunung, topografi landai, agak curam, curam, sangat curam dengan elevasi 1.200 – 2.000 m dpl. Kebersihan alampun relatif bersih karena hanya terdapat dua sumber pencemaran udara yaitu pemukiman penduduk dan jalan motor/mobil. Selain itu di Tahura juga dikembangkan peternakan lebah madu, penangkaran kupu-kupu dan anoa. Pengembangan pakan kupu-kupu dan pembinaan budidaya lebah madu pada tahun anggaran 2008 menghabiskan anggaran DAU sebesar Rp. 49.000.000,-. Nantinya secara bertahap semua jenis hewan dataran tinggi akan ada di kawasan ini. Instansi yang terlibat di Tahuran ini meliputi Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Sarana dan Prasarana, Dinas Pariwisata, Dinas Perikanan, Dinas Pertanian, dan Bapedalda. Di tempat ini pengunjung bisa melihat laut lepas Kab. Sinjai dan Pulau Sembilan, Kab. Bulukumba, Kab. Bantaeng dan Kab. Bone. Untuk Dinas Perkebunan dan Kehutanan, anggaran tahun 2008 sebesar Rp. 140.000.000,-. Pengembangan/pemeliharaan Tahura Abd. Latif pada tahun 2008 sebesar Rp. 140.000.000,-.

Sarana-sarana pendukung seperti akses jalan berpengaruh besar terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Jalan yang dulunya tidak bisa diakses oleh kendaraan kini berkat adanya Tahura ini akses jalan terbuka lebar sehingga di samping Tahura ini bisa mendatangkan beragam manfaat ekonomi bagi masyarakat, juga mobil pengangkut sayuran dapat masuk ke desa Batu Belerang. Aksebilitas dari Kota Sinjai ke kawasan cukup baik (60 km) terdiri atas jalan beraspal sepanjang + 53,5 km dan jalan perkerasan + 6,5 km.

Masyarakat di sekitar Tahura berpendidikan sangat rendah, rata-rata tidak tamat SD. Sangat ironis mengingat pendidikan gratis di kabupaten 3 dimensi ini telah di mulai jauh-jauh hari sebelum dicanangkannya pendidikan gratis oleh gubernur propinsi Sulawesi Selatan. Dari segi pendapatan, mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai petani ladang dengan komoditas jagung dan komoditas perdagangan utama seperti tembakau, sayur mayur, kopi, cengkeh, dan kakao dengan pendapatan rata-rata berkisar Rp. 300.000,- s/d Rp. 3.000.000,-/KK/tahun. Diharapkan dengan adanya Tahura ini maka interaksi penduduk lokal dengan wisatawan baik domestik maupun asing akan mampu membuka wawasan berpikir para penduduk sehingga pendidikan dan pendapatan mereka dapat ditingkatkan seiring dengan majunya pendidikan dan dikembangkannya konsep ekonomi kerakyatan di daerah Sinjai ini. ****

2 komentar:

  1. Ass wr wb,
    Saya adalah pemerhati linkungan hidup dan merasa tertarik untuk mengenal lebih jauh anggrek langka yang ada di tahura abd latief.

    Bisakah saya mendapatkan bantuan dari saudari berupa beberapa foto dokumentasi lokasi dan anggrek langka?

    jika anda berkenan, sudilah mengupload foto yang anda punya ke shudir2@yahoo.co.id/toriefebriany@gmail.com

    wassalam

    celebes trail

    BalasHapus
  2. salut dengan tulisan di atas, cuma tulisan diatas kayaknya "copy paste" dari instansi terkait yang notabene tidak paham betul dengan situasi dan kondisi Tahura Abdul Latief. sebenarnya tulisan diatas hanya menggambarkan profil disekitar kawasan Tahura. tentang penangkaran kupu2, boleh saya katakan... TIDAK ADA alias NOL BESAR karena yg tersisa hanya papan proyek tentang penangkaran kupu2 trsebut.

    BalasHapus